Mengenal Istilah AI Pada Smartphone – Sejak pertengahan tahun 2018 lalu, istilah “AI” mulai seringkali digunakan sebagai salah satu fitur dari sebuah smartphone yang di highlight dan dijadikan bahan promosi untuk menarik perhatian calon pembeli.
Kepanjangan dari AI sendiri adalah Artificial Intelligence, atau dalam bahasa Indonesia artinya adalah “kecerdasan buatan”. Konon katanya, untuk dapat memiliki fitur ini, sebuah ponsel harus memiliki dukungan hardware (chip prosesor) yang sudah memiliki apa yang disebut sebagai AI Engine.
Sehingga, tak sembarang hape dapat memilikinya. Fitur AI sendiri paling banyak diterapkan pada aplikasi kamera. Maka jangan heran kalau sekarang ini kita seringkali mendengar istilah AI Camera, AI Beauty dan semacamnya.
Namun taukah kamu apa itu AI? Dalam arti, apa sebenarnya peran yang bisa dilakukan oleh fitur ini sehingga membuatnya terkesan istimewa? Apakah AI benar-benar berguna, atau hanya menjadi gimmick untuk kepentingan marketing saja?
Fungsi Fitur AI
Berdasarkan namanya, fitur ini seharusnya akan memungkinkan perangkat agar bisa berpikir. Iya, bukan hanya menjalankan, tapi juga berpikir, belajar, atau bahkan memberikan solusi. Kita ambil contoh fitur AI yang diterapkan pada aplikasi kamera misalnya.
Semua kamera di hape (tanpa AI) pastilah “sudah di program” untuk mengubah-ubah settingan ISO dan juga shutter speed, ketika akan mengambil foto yang disesuaikan dengan tingkat kecerahan dari objek yang akan diambil.
Ketika kita mengambil foto di area cerah, maka ISO akan diturunkan serta shutter speed dipercepat. Ketika keadaan lebih gelap, ISO akan dinaikkan dan shutter speed diperlambat.
Ia menaikkan dan menurunkan settingan tersebut berdasarkan apa yang sudah diprogramkan, tanpa menghiraukan apakah efek dari diubahnya settingan tersebut akan bagus dan apakah hasilnya akan sesuai harapan si pemilik hape atau tidak.
Lain halnya jika aplikasi kameranya sudah diberi fitur AI. AI tak hanya akan mengeksekusi sesuatu berdasarkan apa yang sudah diprogramkan atau diperintahkan, tetapi ia juga akan mampu belajar dan berpikir sendiri untuk membuat perintah-perintah baru yang akan ia jalankan sendiri nanti.
Kita ambil contoh ketika berfoto di area agak kurang cahaya. Jika kamera tanpa AI akan mengubah settingan berdasarkan pencahayaan saja, maka kamera dengan AI juga akan mempertimbangkan hal lain dalam menentukan settingan.
Ia akan berpikir bagaimana untuk mendapatkan foto yang cocok dari scene yang akan diambilnya. Dalam scene tertentu ia mungkin hanya akan menaikkan ISO dan mempertahankan kecepatan shutter speed, namun dalam scene lain ia mungkin justru akan mempertahankan ISO dan memperlambat shutter speed. Tergantung dari apa yang dilihatnya.
Contoh lainnya, anggaplah kita akan mengambil foto di area dengan pencahayaan baik. Namun tentu ada kalanya sebuah foto akan nampak lebih menarik jika terlihat lebih kontras, ada pula momen yang akan lebih bagus jika terlihat agak flat (kurang kontras).
Disinilah peran dari fitur AI, dimana ia akan coba mengenali scene agar bisa menentukan detail-detail settingan agar nampak lebih menarik.
Artinya, kamera dengan AI (seharusnya) akan lebih advance alias lebih pintar dalam menentukan settingan. Dan semakin sering ia digunakan untuk memotret, maka ia akan semakin pintar dalam menentukan settingan. Karena ia punya semakin banyak kesempatan untuk belajar.
Singkatnya sih seperti itu ya, dan semoga bisa dipahami. Dan contoh diatas itu adalah fitur AI yang diterapkan pada kamera. Sedangkan di dunia industri selain smartphone, fitur AI dimanfaatkan dalam hal lain. Self-driving car alias mobil yang bisa berjalan sendiri (tanpa sopir) adalah salah satunya.
Salam kenal bro kontenny bagus. Salam dari review1st.com