Beranda Pengetahuan Dasar Istilah Mengenal Bloatware, Sekumpulan Aplikasi Yang Tak Diinginkan

Mengenal Bloatware, Sekumpulan Aplikasi Yang Tak Diinginkan

3

Mengenal Bloatware, Sekumpulan Aplikasi Yang Tak Diinginkan – Setelah sebelumnya kita sudah membahas soal perbedaan antara software dan hardware, dilanjut dengan membahas tentang malware, kali ini kita akan membahas tentang apa itu bloatware.

Istilah-istilah macam itu memang agak membingungkan yaa. Makanya saya merasa perlu untuk membahas mereka satu-persatu. Baiklah, langsung saja kita masuk ke pembahasannya yuk! Dimulai dari apa arti dari bloatware.

Apa Itu Bloatware?

Apa itu bloatware

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata “bloat” itu artinya adalah “kembung”. Sedangkan kata “ware”, itu artinya adalah “barang” atau “perangkat”. Jadi, apakah bloatware itu artinya adalah “barang yang bikin kembung”? Hmm, sepertinya nggak gitu juga sih :))

Maksudnya begini. Bloatware adalah sekumpulan perangkat lunak (software) atau aplikasi bawaan, yang dipandang kurang berguna dan sangat jarang sekali dipakai oleh kita. Aplikasi bawaan yang dimaksud di sini tuh adalah aplikasi yang memang sudah ada di smartphone atau tablet, sejak pertama kali kita nyalakan. Biasanya, orang akan menganggap sebuah aplikasi bawaan sebagai bloatware, jika aplikasi tersebut bukan merupakan bagian dari “Google Apps”. Yang mana Google Apps sendiri, merupakan sekumpulan aplikasi besutan Google yang memang wajib ada pada setiap perangkat Android.

Umumnya, bloatware ini sengaja diinstal oleh vendor pembuat smartphone, tablet, atau perangkat lainnya, untuk kepentingan tertentu. Misalnya untuk menambah nilai TKDN agar bisa dijual resmi di Indonesia, atau bisa juga dipasangkan sebagai syarat karena sang vendor pembuat smartphone sudah menjalin kontrak dengan pihak ketiga.

Selain itu, seringnya bloatware ini merupakan aplikasi-aplikasi yang dipasangkan secara eksklusif yang tujuan awalnya adalah sebagai “fitur tambahan” pada smartphone tersebut. Walau demikian, nyatanya hanya sedikit bloatware yang ternyata benar-benar bisa punya manfaat bagi kita sebagai penggunanya.

Contoh Bloatware

Hampir semua merk smartphone termasuk Samsung, ASUS, ROG, Oppo, Vivo, hingga Xiaomi, pastilah punya bloatware yang sudah menjadi bagian dari UI yang mereka gunakan. Bahkan smartphone yang menggunakan UI Vanilla (UI murni bawaan Android) sekalipun, terkadang masih membawa bloatware.

Contoh aplikasi yang masuk ke dalam kategori bloatware, misalnya adalah macam aplikasi “berita”, lalu aplikasi “store” (selain Google PlayStore), atau ada juga vendor yang memasangkan aplikasi browser hingga aplikasi game. Intinya, jika smartphone atau tablet kita punya beberapa aplikasi selain daripada aplikasi Google Apps sejak pertama kali dinyalakan, maka aplikasi tersebut akan dianggap sebagai bloatware.

Kenapa Orang Membenci Bloatware?

Umumnya, bloatware merupakan aplikasi yang tidak berbahaya. Namun ada beberapa alasan mengapa sebagian orang sangat membenci yang namanya bloatware. Yang pertama adalah karena bloatware dipandang sebagai aplikasi mubazir.

Kita semua tau kan, bahwa setiap aplikasi yang terpasang pada smartphone atau berbagai perangkat lainnya itu pastilah akan memakan tempat di storage alias ruang penyimpanan. Sekarang bayangkan, jika misalnya smartphone milikmu memiliki dua buah bloatware dengan ukuran masing-masing 50MB. Maka, akan ada ruang 100MB yang terbuang sia-sia. Kalau kesemua bloatware itu dihapus kan lumayan?! Penyimpanannya bisa dipakai untuk hal lain, yang lebih berguna buat kita. Karena alasan itulah sebagian orang ingin menyingkirkan bloatware karena “cuma menuh-menuhin” ruang penyimpanan.

Nah, sifatnya yang “cuma menuh-menuhin” ruang penyimpanan itulah yang menjadi cikal bakal penamaan bloatware. Ibaratnya, aplikasi-aplikasi tak berfaedah tersebut hanya akan bikin “kembung” (bloating), sehingga ruang penyimpanan jadi penuh sesak.

Kalau bagi smartphone yang hadir sejak awal kemunculan Android hingga tahun 2015, ruang penyimpanan 10MB pun bisa sangat berarti untuk menyimpan aplikasi yang lebih penting. Karena pada saat itu, ruang penyimpanan di smartphone dan tablet masih tergolong sangat kecil. Kapasitas penyimpanan 8 GB tuh sudah terbilang besar. Bahkan saat itu masih ada smartphone yang kapasitas penyimpanannya tidak sampai 1 GB. Makanya pada era itu, orang-orang amat sangat membenci yang namanya bloatware.

Dan walau kini kapasitas penyimpanan smartphone sudah jauh lebih besar, sebagian orang juga masih ada yang membenci bloatware. Bukan karena alasan takut penyimpanan cepat penuh, tapi karena alasan yang lain. Yaitu, karena bloatware dianggap sebagai aplikasi pengganggu.

Iya, beberapa aplikasi bloatware bawaan UI, seringkali menampilkan notifikasi tidak penting. Ada yang menawarkan untuk “install aplikasi”, ada pula yang menampilkan iklan lainnya. Sejauh yang saya ketahui, bloatware yang sifatnya mengganggu seperti itu akan bisa kita temukan pada XOS yang merupakan UI dari Infinix, dan juga MIUI yang merupakan UI dari Xiaomi (yang juga dipakai pada perangkat Redmi). Selebihnya, saya kurang tau.

Walau demikian, tidak menutup fakta bahwa sebagian apps yang dianggap sebagai bloatware ternyata memang cukup bermanfaat. Misalnya seperti aplikasi catatan, memo, hingga aplikasi to-do-list. Sayangnya, tidak semua orang akan memanfaatkan apps berfaedah tersebut. Sehingga, aplikasi-aplikasi tersebut hanya akan menjadi pajangan di smartphone.

Silakan jelajahi blog Techijau.com ini untuk mengetahui berbagai istilah lain dalam dunia teknologi. Semoga bermanfaat!

3 KOMENTAR

BERIKAN KOMENTARMU

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini