Banyak Dicibir Netijen, Apakah Vivo V9 Layak Beli? – Netijen jaman now memang agak unik, khususnya para fanboy hape merk tertentu yang dikenal sangat getol nyinyirin brand-brand hape lainnya.
Tak terkecuali Vivo V9, sebuah produk terbaru dari Vivo yang kehadirannya cukup membuat heboh jagad socmed. Bukan hanya karena acara launching nya disiarkan langsung di hampir semua stasiun televisi di Indonesia, akan tetapi juga karena spesifikasi dasar yang diusungnya membuat hape ini panen cibiran.
Pake prosesor begini harganya segitu? Ah mending ini, ah mending itu . . .
Seperti yang diketahui, Vivo V9 yang masuk ke pasar Indonesia mengusung prosesor Qualcomm Snapdragon 450 untuk mendukung performanya, dimana prosesor ini dipandang sebelah mata oleh netijen karena dianggap tidak sesuai dengan banderol harga yang dipatoknya yaitu di kisaran 4 juta rupiah.
Karena menurut mereka, dengan harga segitu harusnya hape ini dipasangi prosesor yang lebih powerful. Hemm, ada benernya sih, tapi . . .
Apakah tolok ukur “hape bagus” itu selalu tentang prosesor yang dipakainya? Kurasa tidak.
Kalau kita pertahatikan, sebagian produk smartphone dari Vivo, termasuk Vivo V9 ini merupakan perangkat yang ditargetkan untuk para penggemar selfie, yang mana perangkat seperti itu memang sebenarnya tak membutuhkan kinerja prosesor yang WAH. Kecuali kalau memang mereka mengandalkan performa untuk gaming untuk perangkatnya, tentu lain lagi ceritanya.
Kadang sedih aja gitu dengan cibiran-cibiran seperti itu. Bukankah kita membeli sesuatu itu mesti sesuai dengan kebutuhan kita? Ya masa orang pengen beli hape buat selfie, disuruh beli hape yang speknya lebih ditujukan untuk main game? Yakan nggak nyambung kaka.
BTW, aku pernah mengalami sendiri kejadian lucu soal fanboy merek anu yang seringkali meneriakkan “mending ini mending itu”.
Jadi kan ceritanya aku ambil hape “A” yang oleh vendor pembuatnya diposisikan untuk memiliki keunggulan di sisi kamera. Dan kebetulan, hape “A” ini punya spesifikasi prosesor /chipset yang sama dengan hape “B”, yang mana hape “B” ini dibanderol dengan harga yang lebih murah sekitar 400 ribuan. Dan jelas dong, fanboy nya teriak-teriak, “mending ini lebi mura”.
OKE, AKU BUKTIKAN YA KAKA
Kebetulan adikku sendiri aku sarankan untuk beli hape “B” karena kurasa cocok dengan kebutuhan dan budgetnya, sekaligus juga untuk mencoba membandingkan langsung keduanya khususnya untuk performa kamera.
Ternyata yaa hasilnya emang jauh banget bedanya, bagusan hape A, dan kemudian aku aplot lah hasil perbandingan fotonya di socmed. Tau apa komentar mereka?
“Yaiyalah, hape A kan harganya lebih mahal. Jelas kalah dong kameranya . . .”
Kemudian aku pengen ngakak :)) Selain itu, aku juga merasakan perbedaan di sisi performa. Walaupun secara spesifikasi “kasar” keduanya nampak sama, dengan RAM dan kapasitas penyimpanan yang juga sama-sama besar, toh ternyata hape A terasa sedikit lebih lancar untuk performa keseluruhan, dan jauh lebih baik ketika dipakai untuk multitasking.
BACA JUGA : Apa Itu Multitasking?
Yep, ini realita! Dan aku pernah hampir menuliskan ulasan lengkapnya di blog ini. Namun aku mengurungkannya karena nanti takut para fanboy nya nggak kuat menghadapi kenyataan. Tapi hasil fotonya juga pernah aku publish di blog ini kok.
Balik lagi ke soal Vivo V9
Jadi, apakah Vivo V9 itu layak untuk dibeli? Yaa itu tergantung gimana kebutuhanmu. Kalau memang kamu butuh sesuatu atau fitur yang ditawarkan oleh perangkat tersebut, yaa silakan dibeli. Tapi kalau memang kamu adalah tipe pengguna yang memuja chipset dan skor AnTuTu, jelas hape ini mungkin bukan untuk kamu.
Lagipula, sebenarnya chipset yang dipakainya itu nggak jelek-jelek amat kok. Untuk pemakaian normal, rasanya ia masih sangat mampu untuk berjalan dengan baik. Dan iya, kurasa untuk pemakaian normal, perbedaannya pun bakal tak terasa terlalu jauh.
Gak harus jadi pemuja chipset untuk tau bahwa dengan harga segitu harusnya bisa menawarkan sertifikasi lebih.
Kalau alasan dengan spek segitu aja sudah bagus, lha kenapa gak diperbagus dengan spek di atasnya?
Yang gue suka dari Vivo V9 adalah layar luas berponi, kamera depan belakang oke, ram dan internal gede.. yang gw kurang suka adalah mungkin benar, harga jualnya.. tapi itu gw baca katanya dapet headset segede DJ Kittibutterfly? jadi ya balik lagi, wajar aja..
bagus atau ga, itu balik ke masing-masing target pasar lagi. tiap orang butuh hape yang beda-beda. yang bagus menurut kita belum tentu bagus buat orang lain. makanya kalau ada temen yang nanya hape ke saya biasanya saya tanya balik dulu, kebutuhannya buat apa. baru deh kuberikan referensi sesuai kebutuhannya.